nusakini.com--Kementerian Agama akan segera menyelesaikan program pembangunan infrastruktur yang mandeg. Sekjen Kemenag Nur Syam mengatakan keharusan menyelesaikan pembangunan ini didasarkan pada rekomendasi hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). 

"Salah satu rekomendasi temuan BPK adalah agar Kementerian Agama segera menyelesaikan konstruksi pembangunan. Gedung mangkrak supaya segera diselesaikan," terang Nur Syam saat meninjau Mahad Jamiah IAIN Malikussaleh Lhoukseumawe Aceh, Selasa (23/05). 

Hadir dalam kesempatan ini Rektor IAIN Malikussaleh Hafifuddin, Kakanwil Kemenag Provinsi Aceh M Daud Pakeh, serta civitas akademika dan mahasantri IAIN Malikussaleh Lhoukseumawe. 

Pernyataan Nur Syam disambut gembira civitas akademika IAIN Lhouksumawe. Apalagi, sebelumnya Rektor IAIN melaporkan bahwa ada sejumlah bangunan gedung kampus, termasuk perluasan Mahad Al Jamiah yang belum selesai pembangunannya. Bahkan, tidak jauh dari lokasi acara tampak masih berupa tiang-tiang beton saja. 

"Biasanya kalau ada temuan BPK itu innalillahi, kali ini alhamdulillah. Jadi kalau ada gedung mangkrak yang salah itu bukan Pak Rektor, tapi saya," kata Nur Syam diikuti tawa hadirin. 

Menurut Nur Syam, tahun 2018 ada kewajiban Kementerian Agama untuk menyelesaikan bangunan yang belum selesai. Sebab, jika itu tidak diselesaikan, maka akan berpotensi menjadi temuan pada tahun 2019 dan itu bisa jadi masalah. 

"Makanya akan kami koordinasikan dengan biro perencanaan terkait ini dan juga Ditjen Pendidikan Islam agar segera memetakan bangunan yang belum selesai, salah satunya di IAIN Lhoukseumawe," ujarnya. 

Dalam kesempatan itu, Rektor IAIN Lhoukseumawe Hafifuddin menegaskan komitmennya untuk mengembangkan Mahad Al Jamiah. Menurutnya, konsep pesantren bisa menjadi solusi sekaligus jembatan emas menuju Aceh yang madani.

"Kami berusaha keras agar bisa membangun pesantren. Kita lakukan secara bertahap. Tahun lalu dapat 65, tahun ini semoga bisa 140," katanya. 

Keberadaan Mahad Al Jamiah di IAIN Lhoukseumawe disambut baik oleh wali mahasantri. Menurut Direktur Ma'had Jamiah Fakhrurrazi, wali santri merasa kagum karena anaknya sudah fasih berbahasa Arab dan Inggris, meski belum lama berada di pesantren. "Ini tidak terlepas dari usaha kami membuat biat lughawiyah (zona bahasa). Seminggu wajib berbahasa Arab dan seminggu bahasa Inggris," katanya. 

Mahad Al Jamiah baru berjalan satu tahun. Total ada 65 mahasantri yang semuanya adalah perempuan dan sedang menjalani semester dua. Karena keterbatasan lokasi, mereka hanya berada di Mahad Al Jamiah selama setahun karena harus digantikan oleh mahasanti baru lainnya. 

"Orang tua berharap agar program ini tidak hanya satu tahun, tapi sampai selesai kuliah. Hanya kapasitas ruang yang ada terbatas sehingga harus bergantian dengan adik tingkatannya," tandasnya.(p/ab)